CINTA
Cinta, kata yang begitu mudah diucapkan. Kata yang tak pernah hilang dalam kehidupan manusia. Entah, adakah alat hitung yang mampu menghitung seberapa banyak manusia melafadkan kata cinta. Cinta, begitu orang mengenalnya. Namun, adakah makna Cinta yang dipahami memiliki kesamaan antara satu sama lainnya?
Cinta seringkali terucap
dalam perbincangan sehari-hari, cinta orang tua dan anak, antara guru
dan murid, dan tentu saja cinta para pemuda dan pemudi. Cinta yang begitu mudah dilantunkan. Ia hadir dalam berbagai bentuk mengisi
ruang-ruang kehidupan manusia. Cinta bagaikan udara yang terhirup secara alami,
laksana orang yang menghirup udara di pagi hari. Udara yang tak terlihat
secara kasat mata, udara yang hanya bisa dirasakan kehadirannya. Udara yang
menghadirkan kesegaran. Udara yang memberikan kenikmatan yang tak terbahasankan
bagi penghirupnya.
Adakah cinta memiliki arti yang sama? Cobalah kita bertanya kepada
masing-masing individu, niscaya akan kita temukan berbagai makna atau definisi
cinta. Ya, ketika kita dihadapkan pada seorang yang jatuh cinta, atau paling tidak bersinggungan
dengan cinta. Tanpa disadari terlantun dari kata-katanya, betapa cinta begitu indah, nikmat, bahagia. Namun ketika kita bertemu dengan seseorang yang
kehilangan cintanya, maka ia pun akan mengatakan betapa cinta telah menciptakan kesengsaraan,
kesedihan, dan sebagainya.
Cinta orang tua pada anak akan melahirkan perhatian, kasih sayang,
pengorbanan, tanggungjawab. Tak heran kiranya jika pepatah berkata ‘orang tua
kaya anak jadi raja, anak kaya orang tua jadi budak’. Pun demikian cinta seorang guru pada murid.
Barangkali disinilah perumpamaan seorang guru dengan sang surya yang senantiasa
menyinari dunia mendapatkan kebenarannya.
Aneka ragam makna atau definis
cinta muncul karena cinta sejatinya tidak memiliki wujud yang utuh atau dalam
kata lain bukan berupa benda mati yang bisa dilihat secara kasat mata. Tentu
saja sesuatu yang tidak nampak bukan
berarti tiada, karena pada dasarnya sesuatu yang ada berawal dari
ketiadaan.
Cinta berupa rasa yang abstark.
Wujud atau kehadiran cinta hanya bisa diketahui melalui tingkah laku, dalam
kata lain, cinta melebur ke dalam jiwa manusia, kemudian menghasilkan
gerak-gerik atau laku. Gerak-gerik atau laku inilah yang kemudian menjadi
petanda wujud cinta. Petanda yang sejatinya hanyalah simbol-simbol unik yang
mengandung beribu-ribu makna. Dengan kata lain, cinta hanya bisa dipahami
melalui petanda-petanda yang ada. Tidak satupun yang mampu menyentuh cinta
tanda menerima kehadiran petanda-petanda yang ada. Di sinilah makna cinta hanya
bisa dipahami dengan menghadirkan makna-makna yang memiliki kesesuaian dengan
petanda atau simbol. Atau barangkali dengan mengahadirkan makna lain sebagai
pebanding bagi makna cinta. Atau dengan menghadirkan makna-makna yang
mendekati arti dari makna cinta. Atau pun dengan menyajikan makna-makna yang
saling bertentangan.
Dengan demikian, kata cinta tidak
hadir secara lagu, ia memiliki unsur-unsur yang dikemudian hari diyakini
sebagai cinta itu sendiri. Oleh karena itu, wujud cinta memiliki fariasi yang
tak terbatas. Cinta yang sejatinya melampaui batasan-batasan ruang dan waktu,
pada akhirnya harus berpendar dalam tata aturan yang terkonsepkan oleh ruang
dan waktu. Karena hanya dengan demikian itulah wujud cinta bisa diterima dan
dipahami oleh manusia secara umum. Dengan kata lain, kesiapan tata aturan yang
dibangun oleh ruang dan waktu akan mempengaruhi kedalaman pendaran cinta. Pun
demikian halnya dengan kesiapan diri manusia dalam menerima kehadiran cinta.
Dengan demikian, pemaknaan cinta akan terus mengalir tanpa batas dengan
beraneka ragam makna sesuai dengan kesiapan tata aturan dan kemampuan manusia
dalam menerima wujud cinta.
Lantas apakah sebenarnya hakekat
cinta? Apakah cinta yang selama ini dirasakan oleh manusia adalah cinta itu
sendiri? Atau bahkan hanyalah ciri-ciri atau tanda-tanda yang sejatinya tidak
menyentuh makna cinta itu sendiri? Atau bahkan cinta memiliki
tingkatan-tingkatan yang harus dilalui oleh sang pecinta? Adakah
rahasia-rahasia cinta yang masih belum terbongkar? Adakah cinta sejati? Siapakah para pecinta
yang sebenarnya?
3 Comments:
Lalu, bagaimana cinta menurut persepsi anda cik Gu..:P
By
Imam BukhÖri Muslim, at October 15, 2012 at 1:40 PM
cinta itu sesuatu banget deck, cik gu...:D
By
M. Masykur Abdillah, at October 15, 2012 at 1:47 PM
Keren sob
www.kiostiket.com
By
Unknown, at December 3, 2013 at 5:07 AM
Post a Comment
<< Home